Latihan Sugih - Cerita Kanjeng

LATIHAN SUGIH

Glenak-Glenik Seger-Waras

...
Yu Seger tergopoh-gopoh menghampiri Kang Seger yang sedang nguleg sambel di dapur.
"Tahu nggak, Pakne, kalau Bu Sumi itu ternyata stok gabahnya di rumah cukup untuk kebutuhan makan selama 10 tahun?"

"Wis ngreti," jawab Kang Seger tanpa ekspresi.

"Aku baru tahu tadi, Pakne, tadi ndilalah diajak Bu Sumi melihat lumbungnya. Ternyata beliau itu sugih mblegedhu ya..."

"Tapi kamu pasti belum tahu kalau Pak Miran suaminya Bu Sumi itu sering kaliren. Sering disuguhi nasi basi sama istrinya."

"Ah mosok, Pakne? Mosok petani sugih kayak gitu makannya nasi basi? Gabahe turah-turah. Berasnya numpuk-numpuk hlo!"

"Sudah, apa lagi yang kamu tahu dari Bu Sumi?"

"Banyak. Aku tadi dikasih tahu kalau anaknya yang namanya Broto itu jadi perwira angkatan udara. Terus anak bungsunya, si Parlan, jadi pengusaha sukses. Anak-anaknya disembadani semua. Bisa begitu itu kan karena punya harta."

"Tapi pasti kamu nggak diberi tahu kalau anaknya yang sulung, yang namanya Muryani itu milih minggat dari rumah karena Bu Sumi nggak pernah ngasih uang saku selama dia sekolah."

"Ah mosok, Pakne? Mosok keluarga sekaya itu tega sama anak sendiri?"

"Kamu tadi juga diajak melihat kandhang sapi?"

"Iya. Sapinya ada empat. Buesar-besar semua. Katanya Bu Sum, sapi yang dititipkan ke sedulur-sedulure jumlahnya ada 26 ekor. Jadi total sapinya 30 ekor. Hla kalau satu ekor seharga 20 juta, kan sudah 600 juta total nilainya. Padahal kan gak mungkin cuma 20 juta harganya. Sapi segede itu pastesnya mungkin 35 juta per ekor. Bayangkan coba, Pakne. 1 M hlo, nilai aset sapinya Bu Sumi."

"Tapi kamu pasti nggak tahu kalau putune Bu Sumi, anaknya Kang Karno itu kemarin nyolong hape temannya di mushola mung jalaran kepengin duwe hape seperti kancane."

"Ah mosok, Pakne?"

"Mosak-mosok mosak-mosok terus kamu itu dari tadi."

"Kan heran, Pakne. Kok bisa-bisanya yang kita ketahui soal Bu Sumi malah bertolakbelakang?!"

"Mulane kamu nggak usah gumunan! Nggak usah penginan! Banyak harta belum tentu bermanfaat. Kasugihan durung mesthi migunani."

"Ya jangan terus menyimpulkan sama rata gitu lah, Pakne. Aku kan bukan Bu Sumi. Jadi, kalau aku berharta seperti Bu Sumi tentu manajemenku beda."

"Kalau mau ngomong apa-apa itu mbok kamu nole githok dhisik, Bune. Wong sekarang kita masih mlarat saja kamu sudah nggak kober bikin sambel untuk lawuh makanku kok bisa-bisanya bilang tidak sama dengan Bu Sumi."

"Hehe..., ya jangan marah, Pakne. Sesekali bikin lauk sendiri kan lebih afdol."

"Cengengesan! Kamu itu kalau besok jadi orang sugih ora wurung mung lali anak lali bojo. Dolanmu tiap hari ke mall. Umuk ke sana ke sini, terus anak-bojomu mung bakal koktitipke nyang pembantu."

"Terus karepe sampeyan piye? Ajeg kere ngene iki wae?"

"Ya ora. Tapi sebelum jadi orang berharta, siapkan dulu jiwa yang kaya. Latihan dulu. Supaya besok kalau beneran kaya, kita nggak kaget, ora salin srengat; nggak mengubah tabiat; ora nganeh-anehi; ora ngisin-isini."

Yu Seger mlengos, ngunclug pergi keluar dari dapur.

"Hlo? Arep nyang endi, Bu?" Kang Waras berseru.

"Mau latihan jadi orang kaya dulu...," teriak Yu Seger terdengar nesu.
Baca juga:
"Alhamdulillah Sehat" - Cerita Kanjeng. ALHAMDULILLAH SEHAT. Serial konten "Syukur Tanpa Libur". . "San, Ihsan. Mbok mrene sedhilut wae, San.". "Nggih. Pripun, Kang?". "Anaknya Bu Ningsih meninggal. Kabarkan ke tetangga yang lain ya,
Official Store
Contact
0812-2728-1565
+6281227281565
admin@sarungkanjeng.com
Pekalongan, Indonesia
Social Media
Sarung Kanjeng Indonesia - 2023