ALHAMDULILLAH SEHAT
Serial konten "Syukur Tanpa Libur"
"San, Ihsan. Mbok mrene sedhilut wae, San."
"Nggih. Pripun, Kang?"
"Anaknya Bu Ningsih meninggal. Kabarkan ke tetangga yang lain ya, San."
"Putra meninggal? Kang Bejo dapat kabar dari mana?"
"Aku yang tadi ngancani Pak Sudar dan Bu Ningsih di rumah sakit ngurusi kepulangan jenazahnya Putra."
"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Dia sakit apa, Kang?"
"Leukemia."
"Dhuh, Gusti. Mesakke Pak Sudar dan Bu Ningsih ya, Kang."
"Ini kesempatanmu, juga kesempatanku, untuk membuktikan apakah kita ini termasuk golongan yang pandai bersyukur atau justru kufur, San."
"Anaknya tetangga mati kok malah bersyukur? Maksude Kang Bejo itu pripun?"
"Dudu mbungahi matine Putra, San. Tapi mensyukuri takdirmu yang tidak diberi ujian seberat keluarganya Pak Sudar. Gusti tahu kalau kamu pasti nggak kuat ngangkat."
"Jelasnya gimana itu, Kang?"
"Pak Sudar dan Bu Ningsih itu sudah belasan tahun berumahtangga dan belum diberi momongan. Sampai akhirnya Pak Sudar nglokro gara-gara itu, lalu emoh kerja. Cuma mau mbantu istrinya yang jualan sayur di pasar. Lama-lama mereka sepakat untuk mengadopsi anak. Ya si Putra itu."
"Oh, Putra itu anak angkat?"
"Iya. Diadopsi waktu masih SD kelas 5. Empat tahun berjalan kehidupan mereka tambah bungah meskipun harus bekerja lebih mempeng untuk mencukupi biaya sekolah. Tanpa dinyana di tahun ke-lima Putra terdiagnosa menderita leukemia. Berbulan-bulan mereka menguras uang untuk biaya pengobatan."
"Beruntung saya nikah dua tahun langsung sudah diberi momongan, Kang."
"Kamu juga beruntung karena anakmu sehat. Keluargamu tidak diuji dengan kesakitan yang berat."
"Nggih, Kang. Kami beruntung..."
"Dan bersyukurmu itu baru sekarang, setelah bisa bercermin pada lakon takdirnya keluarga Pak Sudar. Iya kan?"
"Iya, Kang..., astagfirullah. Dhuh Gusti nyuwun pangapunten."
"Disuruh bersyukur kok malah istigfar."
"Ya nanti saja lah, Kang, sepulang takziah. Kalau bilang alhamdulillah sekarang malah bisa disalahpahami orang. Iya kan?"
"Haha..., arep syukur wae dadak semayan. Ya sudahlah, sing penting atimu wis padhang, bungah menerima ketentuan Tuhan."
"Nggih, Kang."