Gagal Mancing - Cerita Kanjeng
GAGAL MANCING
Glenak-Glenik Seger-Waras
"Mau ke mana, Pak?" Yu Seger menghadang dengan pertanyaan begitu melihat Kang Waras suaminya nyangking tas.
"Mancing," jawab Kang Waras.
"Mancing di mana?"
"Ya bergantung niatnya, Bu."
"Maksudnya Bapak itu gimana?" Yu Seger narik alis.
"Kalau niatnya cari ikan kali ya mancingnya di sungai. Kalau niatnya cari ikan laut ya mancingnya di laut. Kalau niatnya cari ikan lele dumbo ya gak usah mancing, tinggal nyolong di kolamnya tetangga."
"Terus sekarang niatnya Pakne apa?"
"Niatku cuma mau keluar dari rumah, cari suasana baru yang seger."
"Kok gitu?" Mata Yu Seger mendelik sedikit.
"Karena di rumah ini ada yang namanya Seger tapi nggak menyegarkan."
"Kok ngomongnya kasar gitu?"
"Kasar itu kan kalau aku misuh-misuh sambil mbanting gelas dan piring atau memaki-maki kamu. Kan nyatane ora ngono."
"Tapi maksudnya Pakne bilang kalau aku sudah nggak menyegarkan itu apa?"
"Bune, namaku itu Waras. Dan nama itu doa. Doa itu untuk kebaikan. Aku harus waras. Saat ini aku hampir nggak waras melihat suasana rumah. Biar tetep waras ya aku harus keluar rumah."
"Apa maksudnya suasana rumah bikin nggak waras? Memangnya salahku apa, Pakne?"
"Kamu gak salah, Bune. Cuma nggak seger. Padahal namamu Seger. Sudah berhari-hari mukamu mbethuthut cemberut nggak nyaman dipandang."
"Sudah tahu istrinya cemberut kok malah ditinggal pergi mancing?! Bukannya ditanya apa penyebab cemberutnya. Cemberutku ini kan sebenarnya mancing supaya Pakne mau peduli terus mau tanya apa sebabe."
"Hehehe..., kita omah-omah sudah 10 tahun. Mosok begitu caranya berkomunikasi? Mosok harus mancing-mancing pasang muka manyun dulu biar diperhatikan pasangannya? Apa nggak malu sama anak-anak?"
"Soale Pakne itu kebangeten. Mosok berumahtangga baru 10 tahun saja sudah lupa hari ulang-tahun perkawinan?"
"Oh jebul kuwi masalahe? Mbok ya jangan seperti cewek labil. Aku memang lupa ulang-tahun perkawinan tapi kan nggak lupa sama hal yang lebih penting."
"Oh jadi ultah perkawinan itu nggak penting ya?!! Terus yang penting itu apa???"
"Yang penting untuk tidak dilupakan itu ya ngasih uang belanja, ngasih uang sakunya anak-anak, mbayar tagihan listrik dan air, mbayar angsuran rumah, mbayar angsuran mobil. Memangnya kamu mau kita suap-suapan kue ulangtahun perkawinan di teras rumah tetangga gara-gara rumahmu disita?"
"Ya nggak segitunya, Pakne. Bayangane kok berlebihan."
"Yang berlebihan itu kamu, Bune. Mbok wis, jangan kemayu niru-niru tabiat tokoh sinetron. Nonton sinetron itu boleh dan baik, daripada kamu rasan-rasan keburukan liyan. Tapi nonton itu untuk bercermin, merefleksikan diri, ndandani yang belum baik supaya menjadi baik. Bukan malah ngrusak yang sudah baik dari diri sendiri."
"Kok kambing hitamnya sinetron?"
"Karena istri yang ngambek karena suaminya lupa hari ultah perkawinan itu cuma di sinetron. Kalau di kehidupan nyata ya nggak mungkin ada yang peduli hal itu. Apalagi saat paceklik ekonomi seperti sekarang ini. Bisa makan tempe goreng saja sudah alhamdulillah seratus kali."
"Ya sudah, kalau begitu Pakne nggak usah budhal mancing. Kita nggoreng tempe wae."
"Hladalah. Itu baru istri yang nyegerke. Hehehe..."