"Alhamdulillah Punya Utang" - Cerita Kanjeng
ALHAMDULILLAH PUNYA UTANG
seri konten "Syukur Tanpo Libur"
"Enak banget ya, Kang, jadi Bu Ambar itu, sudah janda, urip ijen, tiap bulan terima uang pensiuan bojone, masih juga dapat BLT, sekarang dapat bantuan gerobak dari BRI untuk jualan bensin eceran."
"Luwih penak kowe, San, mung kari nyawang, ngrasani, maido, iri, ora ragad, mung modal cangkem."
"Aku nggak iri kok, Kang."
"Nek ora iri ya nggak usah ngrasani."
"Tapi ini tadi kan membicarakan fakta. Nggak nambah-nambahi, nggak ngurangi. Bukan gosip. Apa ya ngomong fakta itu dosa?"
"Omonganmu kuwi mau pancen ora mengandung dosa. Tapi atimu reged."
"Ah, Kang Bejo saja yang hiperbolis. Piye carane Kang Bejo bisa tahu isi hati orang lain? Kan ada pepatahnya: dalamnya lautan bisa diselami, dalamnya hati siapa yang tahu. Kok Kang Bejo tahu?"
"Ngreti wae. Aku dadi kancamu wis suwe. Wis apal karo watakmu. Hobimu ora nate ganti."
"Hobiku apa coba?"
"Hobimu kuwi ora seneng nyawang wong seneng; Dengki melihat kebahagiaan liyan."
"Niatnya bukan begitu, Kang. Niatku supaya termotivasi agar bisa sukses seperti mereka."
"Kamu juga pengin istrimu sukses seperti Bu Ambar itu?"
"Iya, Kang. Ada kiatnya?"
"Gampang. Sekarang kamu harus segera ndaftar PNS di perpajakan seperti almarhum suaminya Bu Ambar itu. Harus diterima. Harus mati muda. Harus nggak punya anak. Istrimu harus nggak nikah lagi."
"Kok ngono?!"
"Pancen kudu ngono supaya istrimu terima pensiunanmu setiap bulan, dhuwite mlumpuk, ora kalong untuk biaya sekolahe anak."
"Garis nasibnya kan beda, Kang."
"Wis ngreti nek garis nasibe nggak sama kok nekad iri sama tetangga?!"
"Bukan iri, Kang Bejo."
"Nek wong iri gelem ngaku terus tobat, neraka besok nggak kebagian penduduk, San."
"Ya sudah, saya ngaku iri saja biar bisa pindah jadi warga surga."
"Jangan cuma ngaku iri. Kamu juga harus ngaku lebih beruntung daripada Bu Ambar."
"Nasibku buntung kok disuruh ngaku untung?! Pasalnya apa?"
"Hla ini yang keliru. Cerminmu di rumah pasti buram semua. Bu Ambar itu hidupnya ora komplit, tanpa suami tanpa anak sedangkan uripmu komplit: duwe bojo, duwe anak. Kok bisa ngaku sial?"
"Pancen komplit, Kang. Bukan cuma punya istri dan anak tapi juga punya masalah dan punya utang."
"Justru itu yang harus disyukuri, San. Kalau kamu bebas dari masalah terus apa kira-kira yang akan jadi bahan obrolanmu sama istri selama di rumah?"
"Hehehe..., iya juga ya. Fungsinya pasangan hidup kan memang untuk kerjasama ngrampungi masalah. Betul betul betul..."
"Kamu punya utang itu juga harus disyukuri."
"Kalau yang ini aku nggak sepakat, Kang."
"Kudu sepakat, San. Kamu itu miskin. Anakmu papat. Penghasilanmu dan istrimu logikanya nggak cukup untuk nyukupi kebutuhan sehari-hari. Dengan punya utang berarti uripmu terbukti wajar. Kalau sampai kamu nggak punya utang justru orang-orang akan mengira kamu ngingu thuyul."
"Wah iya juga ya, Kang. Bener ini. Daripada difitnah punya pesugihan kan lebih baik ketahuan punya utang. Alhamdulillah..."
"Nah ngono."