"Guyon Dadi Neson" - Cerita Kanjeng
GUYON DADI NESON
Glenak-Glenik Seger-Waras
"Minggu sore kita jalan-jalan yuk, Pah," kata Yu Seger sambil menyandarkan kepala di pundak Kang Waras.
"Rumangsamu wis pantes ngono kuwi?" Kang Waras bertanya sambil nglirik.
"Ya pantes lah. Minggu kan hari libur. Sore kan waktu luang."
"Aku ora takon kuwi."
"Lalu tanya apa?"
"Kamu manggil aku 'pah-peh-pah-peh' itu maksudmu apa? Ngrayu?"
"Oh my God..., sekali-sekali romantis boleh lah, Pah."
"Terus aku harus manggil kamu 'mah' ngono?"
"Iya dong, biar serasi."
"Mbok eling, Bune. Kita ini mung wong kere. Uripe esuk-sore. Esuk mangan, sore puasa. Sore makan, pagi ngampet luwe. Ra sah nggaya."
"Mikirnya Pakne itu keliru. Begini, takcritani. Orang yang sudah sugih itu sudah nggak butuh gengsi. Mau pakai baju lusuh ya pede. Pakai sepeda butut ya pede. Makan di warung kakilima juga pede. Justru yang butuh gengsi itu kita-kita ini, yang uripe mlarat. Butuh membeli gengsi biar punya semangat. Butuh menghibur diri biar nggak putus asa sampek memutuskan bunuh diri. Butuh lelucon konyol supaya hidupnya berwarna."
"Oh, jadi kesimpulane kamu sekarang ini di ambang depresi ngrasakke urip mlarat terus memilih guyonan mamah-papah ini biar terhibur?"
"Ya jelas dong. Kita hidup dari dulu, sejak zaman 'iwak asu ora enak' sampek saiki zaman 'asu wis entek dibelehi' keadaannya ajeg begini saja, tanggal muda sumringah bungah, tengah bulan sambat susah, akhir bulan wira-wiri nyari pinjaman. Begitu terus sepanjang tahun. Apa Pakne itu nggak bosen?"
"Terus arep piye meneh, Bune, wong pancen nasibe ngene."
"Aku sudah bersikap sebagai istri yang baik hlo, Pakne. Aku nggak mengeluh. Nggak suka marah-marah. Selalu berusaha bersyukur. Kurang apa coba?"
"Nek saiki ya jelas kamu itu kurang kurus sedikit. Kelemon kowe kuwi, Bune. Kakehan ngemil. Ngati-ngati nek kolesterolmu dhuwur."
"Cuma itu kan kekuranganku?! Sekarang coba bandingkan. Apa saja kekuranganmu, Pakne? Mesthi lebih banyak situ kurangnya."
"Hehe..., pancen kekuranganku akeh banget. Tapi sing utama mung siji: bojoku baru satu. Itu jelas kurang."
"Piye?!"
"Hlo, nesu. Tadi kamu bilang sendiri hlo. Wong mlarat itu butuh guyon ben uripe warna-warni. Kok malah nesu bareng takguyoni?"
"Itu nggak lucu!!!"
"Nah, berarti kamu belum paham definisi lelucon, Mamah Sayaaannnggg..."
"Nggak usah ngrayu!! Njelehi..."
"Takkandhani. Simak baik-baik penjelasanku ini."
"Semua sudah jelas! Dan aku nggak sudi dimadu. Titik!!!"
"Begini hlo, Mah. Definisi lelucon itu adalah segala hal yang kita bicarakan berulang-ulang padahal kita sadar bahwa hal itu tidak mungkin menjadi kenyataan. Kuwi sing diarani lucu."
Yu Seger sesenggukan.
"Hlo, kok malah nangis?"
"Huhuhuhuuu..., silakan saja Pakne ndhagel, tapi jangan ndhagel poligami."
"Hehe..., sejak kapan Mamah jadi anggota KPI? Kok berani nyensor materi dhagelan?"
"Nggak usah mamah-mamahan! Aku nggak suka dengar panggilan itu!"
"Pancen angel tuturane. Padahal dari awal sing ngajak papah-mamah dheweke dhewe. Bareng saiki diladeni jare ora seneng ngrungokke. Ora masuk, Pak Ekoooo!!! Ayo budhal mancing wae..."